Minggu, 26 Juli 2009

Guruku

Karya : Bramanti Nadya K.
Guruku....
Kau adalah pahlawan tanpa tanda jasa
Terima kasih atas jasamu
Kau telah memberiku segudang ilmu
Kau tak pernah letih mengajariku
Berbagai pelajaran kau berikan kepadaku
Guruku....
Maafkan aku selama ini aku tidak menurut kata-katamu
Aku sering mengabaikanmu
Aku sering nakal padamu
Sekali lagi, maafkan aku selama ini, dan terima kasih....

NASKAH PIDATO SAMBUTAN PERPISAHAN SISWA KELAS VI SDN I SOKANEGARA

Oleh Bramanti Nadya Kausara

Yang terhormat Ibu Kepala Sekolah SD N 1 Sokanegara,
Yang terhormat Bpk Ibu Guru SD N 1 Sokanegara,
Yang terhormat Orang Tua Murid dan Undangan,
Kakak-Kakak Kelas VI yang saya cintai,
serta teman-teman yang saya cintai dan saya hormati pula

Ass.wr.wb.
Pada kesempatan yang baik ini marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua , sehingga kita dapat berkumpul pada acara perpisahan dan pelepasan siswa kelas IV.
Bpk ibu guru, para undangan dan rekan-rekan semua....
Dalam kesempatan ini, perkenankan saya mewakili siswa kelas 1 sampai dengan kelas 5 untuk mengucapkan selamat dan sukses atas keberhasilan kakak-kakak kelas 6 yang telah menempuh ujian di tingkat sekolah dasar. Kami berharap kakak-kakak kelas 6 mampu mengamalkan ilmu yang sudah dimiliki, baik untuk diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara.
Kakak-kakakku yang saya sayangi dan saya hormati...
Kami, adik-adik kelasmu mengucapkan selamat jalan dan mohon maaf bilamana selama kita bersama-sama menuntut ilmu di sekolah ini, kami pernah menyakiti hati kakak-kakak.
Bertahun bersama terasa sekejap saja. Berat rasanya hati kami melepas langkah kakimu. Betapa banyak kenangan yang telah tercipta. Baik yang manis maupun yang pahit. Semua cerita indah disini pastilah akan menjadi sepenggal kenangan di masa depan. Alangkah senangnya apabila pertemanan yang telah dijalin selama ini dapat bertahan selamanya.
Betapapun beratnya, setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Akan tetapi, kami sadar bahwa jalan yang harus kakak tempuh masih panjang, Mudah-mudahan acara ini bisa menambah erat tali persaudaraan kita dan semoga saja perpisahan ini bukanlah akhir dari segalanya.
Kakak-kakakku yang saya sayangi dan hormati...
Kami mohon janganlah melupakan jasa bapak dan ibu guru, muliakanlah dan hormatilah mereka karena jasa-jasanyalah kita menjadi anak yang terdidik, berilmu, dan berprestasi.
Sekali lagi kami ucapkan selamat kepada kakak-kakak kelas 6 untuk melanjutkan belajar dijenjang yang lebih tinggi, semoga sukses sesuai dengan yang dicita-citakan untuk meraih masa depan yang gemilang. Sebaliknya semoga kami yang masih di sekolah ini diberi kekuatan untuk melanjutkan keteladanan yang telah kakak-kakak berikan.
Pohon talas, Dibuat jamu
Janganlah malas, Menuntut ilmu
Kalau ada sumur di ladang,Boleh kita menumpang mandi
Kalau ada umurku panjang, Boleh kita berjumpa lagi...
Demikian, terima kasih atas perhatian Bapak,Ibu serta teman-teman, jika ada kata-kami yang kurang berkenan mohon dimaafkan.

Billaahit Taufik Wal hidayah........Wassalamualaikum wr.wb.

Story Telling MALIN KUNDANG

Good morning everybody, the honorable of adjudicator and the member of this house.
For the first time, let me introduce my self. OK my name is Bramanti Nadya Kausara. I’m from Sokanegara 1 Elementary School. I want to tell you about the story of Malin Kundang. Here is the story,
A long time ago, there was a widow with her only son. They lived in a hut, in a village near the sea. They were very poor.
Malin Kundang is the son’s name, thought, “if i stay here, i won’t have a better life. I have to leave this village and look for a job.”
His mother was sad to hear that. But she knew that Malin Kundang was right. So she let him go.
After her son had left, Malin Kundang’s mother went to the beach every day and prayed for her son safety. She hoped her son would return soon.
One morning, a beautiful big ship docked. There were Malin Kundang and his wife. Malin Kundang’s mother cried joyfully. “oh Malin Kundang my son! You are home!” she hugged the young man
Malin kundang did not believe her. He said, “She can’t be my mother! She was a strong woman when i left her.”
But his wife said angrily, “Why didn’t you tell me that your mother is poor and old?” then she spitted on the old woman.
The old woman cried. She could not believe what she heard. “Malin i’m your mother.” But Malin Kundang did not listen. He was embrassed to have an old mother. So he kick the old woman and yelled at her, “Go away ugly woman. My mother does not look like you at all.”
The old woman fell on the ground. She cried. Then she prayed, “My dear God, if he is really my son, so, punish him.”
After she yelled, there was a thunderstrom, it crashed the shore and destroyed everything.The villagers saw rocks that looked like a man. People believed that was, Malin Kundang he changed into coral reef. God had punished him.
OK. I think that’s all the Malin Kundang story. Thank you for attention, and good bye...

NASKAH PIDATO Berbakti kepada Kedua Orangtua

Bramanti Nadya Kausara – SDN I Sokanegara


اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللّهِ وَ بَرَكَاتُهُ
حَمْدًا وَ شُكْرًا لِلّهِ , صَلاَةً وَ سَلاَمًا دَائِمَيْنِ عَلَى رَسُوْلِ اللّهِ , أَمَّا بَعْد.
Bapak dan ibu guru yang saya hormati, teman – temanku yang saya sayangi dan saya hormati pula,
Puja dan puji syukur marilah kita panjatkan kepada illahirobi, yang senantiasa memberikan nikmat kepada kita semua, nikmat iman dan islam. setengah dari nikmat tersebut ialah nikmat sehat wal’afiat . Sehingga kita bersama dapat berkumpul bermuajaha dalam acara ini.
Tak lupa solawat serta salam marilah kita sanjungkan kepada akhiruzzaman Nabiyullah baginda rasul Muhammad saw.
Hadirin walhadirot yang dimuliakan Allah, dalam kesempatan yang berbahagia ini saya akan mengangkat tema tentang “Berbakti kepada kedua orang tua”

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,
Sebagai seorang Muslim kita wajib berbakti kepada kedua orang tua sebagaimana difirmankan Allah dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 36:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Yang artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orangtua

Ayat tadi memerintahkan kepada kita agar senantiasa menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, dan berbuat baik kepada kedua orangtua kita. Cobalah kita hitung jasa kedua orangtua kita, tentu tidak akan mampu menghitungnya, karena jasa mereka sangat besar tiada terkira.


Saat hamil, ibu selalu dalam kepayahan karena mengandung kita, sementara bapak bekerja siang dan malam untuk kelahiran kita. Begitu pula saat lahir, mereka pun mencurahkan segala perhatian dan kasih sayang kepada kita. Bahkan sampai sekarang kasih sayangnya tiada terkira. Subhanallah, betapa mulia jasa kedua orangtua kita!

Suatu hari, ada seorang sahabat bertanya kepada Nabi SAW, “Siapakah yang patut memperoleh penghormatan terbaik dariku, wahai Nabi?”
“Ibumu,” jawab Nabi singkat.
”Lalu siapa lagi?” sahabat kembali bertanya.
“Ibumu,” Nabi tetap memberi jawaban yang sama.
“Lalu siapa?” sahabat itu terus bertanya.
“Ibumu,” lagi-lagi Nabi memberi jawaban yang sama hingga tiga kali.
“Lalu siapa, wahai Nabi?”
“Ayahmu.”

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,
Jika kita mengetik kata-kata, "baik kepada orang tua" di Google, enam dari sepuluh pertama hasil artikel Islam menekankan pentingnya patuh dan berbakti kepada orang tua. Why is this so? Why is this so? Islam is a religion that stresses the qualities of mercy, tolerance and respect. God has ordained the good treatment of parents and warned us against treating them with disrespect. There are several verses in the Quran where kindness to parents is even coupled with the most important aspect of Islam, worshipping God alone. This indicates that being kind to parents, honouring and respecting them, is extremely important in the way of life that is Islam.

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,
Karena itulah, barangsiapa yang durhaka kepada kedua orangtua, niscaya Allah akan menurunkan siksa dan neraka balasannya. Panasnya, duuuuh…. Minta ampun! Pokoknya puanas banget, ratusan kali lipat panasnya dari api di bumi ini. Nah, sebagai generasi shalih dan shalihah, marilah kita berbakti kepada kedua orangtua dan senantiasa berdoa untuk mereka:

اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَ لِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرًا
Ya Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orangtuaku, dan sayangilah mereka sebagaimana mereka telah menyayangiku di kala aku masih kecil.

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,
Demikian yang dapat saya sampaikan. apabila terdapat kata – kata yang salah dan kurang pas yang terlepas dari ucapan saya mohon dimaklumi karena manusia tidak luput dari kesalahan, dan apabila dalam kata – kata saya terdapat kata – kata yang benar dan bermanfaat itu adalah kata – kata yang berasal dari Allah SWT. sekali lagi “kupat lepet bumbune santen, menawi kula lepat nyuwun agunge pangampunten.”
Billahit-taufiq wal hidayah..
واَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللّهِ وَ بَرَكَاتُهُ

THE LEGEND OF SURABAYA

By Bramanti Nadya Kausara
A long time ago in East Java, there were two strong animals, Sura and Baya. Sura was a shark and Baya was a crocodile. They lived in a sea. Actually, they were friends, but when they were hungry, they were very greedy. They did not want to share their food. They would fight for it and never stop fighting until one of them gave up.
It was a very hot day. Sura and Baya were looking for some food. Suddenly, Baya saw a goat. “Yummy, this is my lunch,” said Baya. “No way! This is my lunch. You are greedy! I had not eaten for two days!”, said Sura. Then Sura and Baya fought again. After several hours, they were very tired. Sura had a plan to stop their bad behavior. “I’m tired of fighting, Baya,” said Sura. “Me too. What should we do to stop fighting? Do you have any idea?”, asked Baya. “Yes i do. Let’s share our territory. I live in the water, so i look for food in the sea, and you live on the land, right?, so you look for the food in the land. The border is the beach, so we will never meet again. Do you agree?”, asked Sura. “Hmm....let me think about it. Ok, i agree. From today, i will never go to sea again. My place is on the land,” said Baya.
Then they both lived in the different places. But one day, Sura went to the land and looked for some food in the river. He was very hungry and there was not much food in the sea. Baya was very angry when he knew that Sura broke the promise. “Hey, what are you doing here? This is my place. Your place is in the sea!“, said Baya. “But, there is water in the river right? So, this is also my place!“, said Sura. Then Sura and Baya fought again. They bot hit each other. Sura bit Baya’s tail. Baya did the same thing to Sura. He bit very hard until Sura finally gave up. He went back to the sea. Baya was very happy. He had his place again
The place where they were fighting was a mess. Blood was everywhere. People then always talked about the fight between Sura and Baya. Then, they named the place of the fight as Surabaya. It’s from Sura the Shark and Baya the Crocodile. People also put their fight as the symbol of Surabaya city.